Kuliah Umum Magister Pengembangan Masyarakat Islam: Merajut Indonesia dari Bawah Menuju Peta Riset Masa Depan.

Yogyakarta – Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menggelar kuliah umum bertajuk Merajut Indonesia dari Bawah: Identitas, Harmoni, dan Peta Riset Masa Depan”, Senin (8/9/2025) di Aula Convention Hall kampus setempat.

Dalam sambutannya, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, menyoroti dinamika global yang semakin kompleks, mulai dari derasnya arus teknologi baru, ketidakpastian ekonomi, hingga kompetisi geopolitik. Menurutnya, riset sosial-keagamaan menjadi kebutuhan mendesak untuk menjaga keutuhan bangsa. “Indonesia dengan keberagaman suku, bahasa, adat, dan agama sangat rentan terhadap eksploitasi politik identitas. Perguruan tinggi harus mengambil peran dengan memperkuat riset sosial agar mampu menghadirkan jawaban teoretis maupun praktis,” ungkapnya.

Prof. Noorhaidi menegaskan bahwa mahasiswa perlu aktif dalam wacana global, termasuk isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs). “Dengan arah riset yang kuat dan terstruktur, lulusan UIN Sunan Kalijaga akan menjadi aktor penting dalam lanskap masa depan,” tambahnya.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Prof. Dr. Arif Maftuhin, menilai kerja sama dengan BRIN sebagai wujud konkret pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. “Secara khusus, kerja sama ini adalah komitmen S2 PMI untuk meneliti isu-isu kemasyarakatan. Semoga kolaborasi ini terus berlanjut dan menghasilkan kontribusi nyata bagi masyarakat,” ujarnya. Pada kesempatan tersebut, ia juga menerima langsung naskah Perjanjian Kerja Sama dari Kepala Pusat Riset Khazanah Keagamaan dan Peradaban BRIN, Wuri Handoko.

Sebagai keynote speaker, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Abdur Rozaki, M.Si., menegaskan pentingnya membangun riset dari bawah. Menurutnya, sentralisasi pembangunan kerap mengabaikan potensi lokal dan memperlebar kesenjangan. “Peta riset masa depan harus memberi fokus pada kompleksitas relasi sosial di masyarakat multikultural. Kolaborasi dengan BRIN akan memperkuat strategi tersebut,” paparnya.

Adapun narasumber lintas disiplin turut memperkaya kuliah umum ini. Prof. Dr. Koeswinarno (BRIN) menyoroti tradisi saprahan di Pontianak sebagai mekanisme sosial yang mampu merawat harmoni di tengah perbedaan etnis. Dr. Hijrian Angga Prihantoro (UIN Sunan Kalijaga) menekankan perlunya narasi inklusif dalam pengembangan masyarakat Islam, salah satunya melalui riset tradisi Nyadranan yang melibatkan lintas iman. Sementara itu, Dr. Herry Yogaswara (BRIN) menjelaskan arah ekosistem riset Indonesia yang semakin terbuka, dengan berbagai skema kolaborasi yang dapat diakses mahasiswa dan dosen.

Kuliah umum ini menegaskan bahwa riset, budaya, dan harmoni sosial merupakan pilar penting dalam membangun Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan BRIN, UIN Sunan Kalijaga berharap dapat memperkuat tradisi riset sosial humaniora yang relevan dengan kebutuhan bangsa di masa depan.